Apa Sinetron Di Luar Sana Juga Seperti di Negeriku?
Terbesit pertanyaan
demikian dalam benak saya. Apa di negeri-negeri tetangga yang namanya sinetron
juga seperti ini, seperti di Indonesia? Sama kah semua sinetron itu? Terlalu mendramatisir,
kisah yang rumit dan tokoh utama yang polos.
Sinetron di
Indonesia ~ bagiku ~ identik dengan tokoh protagonis yang bodoh,
dialog-dialog dengan intonasi menanjak sepanjang scene, anak yang tertukar,
kisah si kaya dan si miskin, perebutan kekayaan, kisah cinta ABG yang dibuat
rumit, geng di sekolah, anak gaul dan anak cupu, dan sejenisnya. Apa kamu berpikir hal yang
sama? Pada intinya, konflik yang dimunculkan itu selalu hampir sama antara satu
sinetron dengan sinetron lain. Dan itu bertahun-tahun masyarakat Indonesia
dicekoki dengan tayangan-tayangan alay seperti itu. Ironisnya, emak-emak sangat
menyukai yang namanya sinetron terlebih yang konfliknya berat dan tidak
membumi. Sebut saja cinta fitri, putri yang ditukar, kemilau cinta kamila.
Sinetron-sinetron tersebut tayang dengan episode ratusan bahkan sampai seribu
episode. Luar biasa bukan kecintaan masyarakat pada sinetron?! Adegan yang
isinya cuma bentak-membentak, tangis-menangis, culik-menculik, bunuh-membunuh,
ternyata sangat laris bak kacang goreng. Ada sinetron yang sedikit membumi
justru dibilang kurang gereget. Pertanyaannya, sinetron itu fungsinya untuk
hiburan atau apa sih, kenapa justru yang konfliknya berat dibilang menghibur.
Itu rumit dan bahkan bikin stress. Tak jarang ibu-ibu yang larut dalam alur
cerita ikut mengomel terbawa emosi.
Di luar sana, drama korea misalnya, dikemas sedikit ringan
daripada di Indonesia. Meskipun sama-sama doyan mendramatisir cerita ~ mungkin
memang ini ciri khas sinetron ~ tapi setidaknya tidak ada dialog bentak
membentak, penganiayaan fisik terus menerus, dan konfliknya yang beragam tidak
melulu bayi tertukar, si kaya dan miskin, dsb seperti di Indonesia. Dialog
antar pemain pun cerdas dan menggelitik tidak sekedar dialog seadanya. Di
Jepang pun demikian, drama TV dikemas ringan dalam konflik dan jalan ceritanya.
Justru yang ramai di Jepang adalah animenya.
Lalu kenapa sinetron
Indonesia masih begini-begini saja? kualitas tampaknya bukan pertimbangan
penting, yang lebih penting adalah bagaimana agar sinetron tersebut memiliki
rating tinggi sehingga mampu bertahan dalam ratusan bahkan ribuan episode.
Baca juga Bicara Soal Kepribadian: Introvert dan Ekstrovert
Baca juga Bicara Soal Kepribadian: Introvert dan Ekstrovert
0 komentar:
Posting Komentar