
Bagaimana jika ada ilmuwan yang mengatakan bahwa minyak bumi bukan bahan bakar fosil? Bagaimana jika minyak bumi adalah sumber daya alam yang terbarukan?
Kita mungkin berharap untuk mendengar pernyataan seperti ini dari seorang penulis fiksi ilmiah . Tapi bagaimana kalau mereka datang dari seorang ahli fisika terkenal ?
Teori tentang terbentuknya minyak bumi dan batu bara berasal dari fosil (Peak
Oil) yang terbentuk jutaan tahun lamanya merupakan hipotesis
biogenik Lomonosov yang dibuat hampir 250 tahun yang lalu. Beberapa
ilmuwan mulai mempertanyakan pandangan tradisional ini. Pada abad ke-19
hipotesis ini untuk pertama kalinya ditolak seorang naturalis dan geolog
Jerman kenamaan, Alexander von Humboldt, dan ahli kimia termodinamik
Prancis, Louis Joseph Gay-Lussac, kemudian mereka mengajukan dalil
alternatif yang menyatakan bahwa minyak bumi adalah materi primordial (purba)
yang memancar dari tempat yang sangat dalam, dan tak ada hubungannya dengan
materi biologis dari permukaan bumi.
Dengan
berkembangnya ilmu kimia selama abad kesembilan belas, terutama ketika hukum
kedua termodinamika ditemukan oleh Clausius pada 1850, hipotesis Lomonosov
terus diserang, tak kurang dari pakar kimia Prancis Marcellin Berthelot
mencemooh hipotesis asal biologis dari minyak bumi ini. Berthelot adalah orang
pertama yang melakukan percobaan yang melibatkan serangkaian apa yang sekarang
disebut sebagai reaksi Kolbe dan menunjukkan bahwa minyak bumi bisa dihasilkan
dengan melarutkan baja dengan asam kuat tanpa melibatkan molekul atau proses
biologis.
Seorang ahli kimia asal Rusia Dmitri Mendeleev juga menguji dan menolak hipotesis
Lomonosov ini. Mendeleev menyatakan dengan jelas bahwa minyak bumi
merupakan bahan primordial yang keluar dari kedalaman yang jauh. Dengan
persepsi yang luar biasa, Mendeleev membuat hipotesis tentang adanya struktur
geologi yang ia sebut “patahan dalam” (deep fault) tempat minyak bumi
melaluinya dari kedalaman.
Baru-baru
ini, para peneliti dari Royal Institute of Technology di Stockholm,
Swedia telah berhasil membuktikan bahwa fosil-fosil dari hewan dan tumbuhan
tidak lagi diperlukan untuk menghasilkan minyak mentah. Temuan ini begitu
revolusioner karena sangatlah berarti, di satu sisi akan memudahkan menemukan
sumber-sumber energi, di sisi lain sumber energi ini dapat ditemukan di seluruh
dunia.
“Dengan menggunakan penelitian ini, bahkan
kami dapat mengatakan di mana minyak bumi dapat ditemukan di Swedia,” kata
Vladimir Kutcherov, profesor yang memimpin riset ini.
Bersama dengan koleganya, Vladimir Kutcherov
telah melakukan simulasi suatu proses yang melibatkan tekanan dan panas yang
terjadi secara alami di lapisan dalam bumi, proses yang menghasilkan
hidrokarbon, komponen utama dalam minyak dan gas alam.
Menurut Kutcherov, penemuan ini
mengindikasikan dengan jelas bahwa pasokan minyak bumi tidak akan habis. “Tidak
ada keraguan bahwa penelitian kami membuktikan bahwa minyak mentah dan gas alam
yang dihasilkan, tanpa melibatkan fosil. Semua jenis batuan dasar dapat
berfungsi sebagai reservoir minyak,” kata Vladimir Kutcherov kepada Science
Daily, baru-baru ini.
Kutcherov pun mampu membuktikan bahwa
hidrokarbon dapat dibuat dari air, kalsium karbonat dan zat besi.
Ini berarti minyak bumi merupakan sumber energi berkelanjutan dan
terbarukan.
Proses abiotik untuk menghasilkan minyak bumi
dimungkinkan lewat proses yang disebut Fischer-Tropsch, reaksi kimia yang mengubah campuran karbon monoksida dan hidrogen menjadi hidrokarbon
cair. Proses ini dikembangkan dan dipatenkan pada tahun 1920, kemudian
digunakan selama Perang Dunia II oleh Jerman dan Jepang. Proses ini pun
menjadi dasar penciptaan bahan bakar jet yang dibuat dari air di AS, seperti
dilaporkan majalah Wired (9/9/09).
Misteri Pulau Eugene 330 dan cadangan Minyak Yang Terisi Kembali
Pulau Eugene merupakan ladang minyak di Teluk
Meksiko, sekitar 80 mil lepas pantai Louisiana, AS. Lansekap kepulauan ini
terbelah dengan celah dan rekahan dalam yang spontan memuntahkan gas dan
minyak. Ladang minyak ini ditemukan pada 1973 dan mulai memproduksi
sekitar 15.000 barel per hari. Pada 1989, aliran minyaknya berkurang menjadi
4.000 barel per hari. Tetapi tanpa alasan logis apapun, secara tiba-tiba
produksinya meningkat menjadi 13.000 barel. Selain itu, taksiran cadangan
meroket 60-400 juta barel.
Apa yang terjadi di bawah Teluk Meksiko?
Apa yang ditemukan para peneliti ketika
menganalisis ladang minyak ini dengan pencitraan seismik 3-D? Ternyata
ada patahan dalam yang tidak bisa dijelaskan, dan minyak telah memancar dari
suatu kedalaman yang tidak diketahui sebelumnya, dan bermigrasi ke atas melalui
batuan untuk mengisi pasokan yang ada.
Para peneliti menemukan ketika mereka
menganalisis ladang minyak dengan selang waktu pencitraan 3-D seismik bahwa
minyak memancar dalam dari sumber yang lebih dalam yang sebelumnya tidak
diketahui dan bermigrasi naik melalui celah bebatuan untuk mengisi pasokan yang
ada.Selanjutnya, analisis minyak yang sekarang sedang diproduksi di Pulau
Eugene menunjukkan perbedaan usia geologis dari minyak yang diproduksi di sana
sebelum tahun 1989. Dugaan kuat, minyak mentah yang baru, muncul dari sumber
yang berbeda, sumber yang tidak bisa dijelaskan.
Perkiraan terakhir dari cadangan minyak
kemungkinan naik dari 60 juta barel menjadi 400 juta barel. Baik ilmuwan dan
ahli geologi dari perusahaan-perusahaan minyak besar telah melihat bukti dan
mengakui bahwa ladang minyak Pulau Eugene mengalami pengisian ulang sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar