Pipa Biru

Informasi Menarik | kesehatan | Gadget | Pendidikan | Wisata | Tips Dan Triks | Islam | Bisnis Online

Tips Mengelola Keuangan: Hemat Pangkal Miskin Boros Pangkal Kaya

Advertisement


Hemat Pangkal Miskin Boros Pangkal Kaya – Peribahasa lama yang sudah sering kita dengar “rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya”. Kurang lebih begitu bunyinya. Lha itu kenapa diubah, malah dibalik hemat pangkal miskin, boros pangkal kaya. Wah, menyesatkan ini...

Eits, jangan protes dulu. Kenapa peribahasanya dibalik tentu ini ada alasannya. Pertama kali saya ketemu kalimat nyeleneh ini di kaskus. Yaitu salah satu thread yang masuk dalam kategori HT Kaskus

Melihat judulnya yang aneh dan unik, saya langsung tertarik untuk membukanya. Thread tersebut ditulis oleh seorang kaskuser dengan user name Ujang Ado. Perencanaan keuangan yang anti mainstream tersebut dia beri nama “Keuangan Optimis”. Kenapa disebut optimis? Karena sistem ini ada diantara dua sudut pandang mayoritas tentang cara memperlakukan uang, yaitu kalkulan yang cenderung perhitungan dan spekulan yang cenderung boros.

Kalkulan adalah tipe orang yang menggunakan uang dengan menghitungnya. Artinya, selalu ada perencanaan keuangan kemana uang yang dimilikinya harus dialokasikan. Sedangkan spekulan adalah tipe orang yang menggunakan uang untuk uang. Maksudnya? Uang yang dimiliki biasanya digunakan untuk dilipat gandakan. Berbekal dari teori Bapak Adam Smith, modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya. Sifat kedua sudut pandang ini tidak absolut. Biasanya karyawan cenderung kalkulan, pengangguran spekulan dan pebisnis balance diantara keduanya.

Yang menarik lagi dari tulisan Ujang Ado ketika dia menyebutkan,” Mari kita patahkan mitos-mitos yang diajarkan kepada kita sejak kecil”. Mitos pertama yang dianggapnya menyesatkan jika dipandang dari sudut pandang optimistik adalah “Menabung untuk masa depan”. Dan menurut saya ini benar, tidak ada orang yang kaya hanya dengan menabung. Pak Mario Teguh pun pernah berkata,”Menabung itu hanya mempertahankan kekayaan, bukan menjadikan kaya”. Salah-salah menabung justru membuat kita malas untuk bekerja karena cita-cita menjadi kaya hanya dengan menabung.

Kedua, mitos bahwa “uang harus disimpan”. Menurutnya (Ujang Ado), uang itu justru harus dihabiskan. Fungsi uang adalah untuk dibelanjakan bukan? kalau hanya disimpan justru menyalahgunakan fungsi uang itu sendiri. Yup, menyalahgunakan fungsi uang, begitu katanya. Dan ini bagian dari tulisannya yang membuat saya takjub.

Secara tidak sadar kita telah terdoktrin untuk rajin menabung, tapi tidak diajarkan bagaimana kita mengelola uang. Dari penjelasan singkat agan Ujang Ado dalam threadnya, saya berkesimpulan bahwa dalam mengelola keuangan kita tidak boleh terlalu spekulatif maupun kalkulatif. Kalkulan yang cenderung perhitungan menggunakan uang tidak akan berani untuk mengambil langkah besar dalam bisnisnya. Sementara spekulan yang tanpa perhitungan, justru bertindak boros dan tidak memiliki strategi. Yang dikejar hanya untung yang besar belaka. Keuangan optimis memandang kedua hal tersebut (kalkulatif dan spekulatif) sebagai dua hal yang harus dijalankan secara balance. Kita butuh perencanaan keuangan tapi tidak perlu terlalu perhitungan, takut kalau uang kita habis dan sebagainya. Uang tersebut lebih baik diinvestasikan untuk usaha lain dan nantinya bisa berkembang. Yang terpenting adalah menyiapkan strategi dan langkah berani untuk menghadapi resiko rugi. Disinilah sudut pandang spekulan dihadirkan. Berani untung juga harus berani rugi.

Thread dari Ujang Ado saya rasa sangat inspiratif. Dan sekarang, saya juga menerapkan sistem keuangan optimis ini. Berani mengambil resiko dalam berbisnis, tidak sekedar boros untuk kepentingan sementara. Faktanya, tokoh-tokoh bisnis yang sekarang terkenal dan kaya raya adalah mereka yang berani mengambil resiko. Jatuh dan rugi berkali-kali bukan alasan bagi mereka menjadi pesimis menjajakan uangnya untuk mencoba berbagai peluang usaha.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Artikel Terkait Mengenai : Tips Mengelola Keuangan: Hemat Pangkal Miskin Boros Pangkal Kaya

Tampilkan Komentar
Hide comments

0 komentar:

Posting Komentar