PERISTIWA WAFATNYA NABI MUHAMMAD SAW
1.
Khutbah Terakhir Nabi Muhammad Saw ( Disampaikan Pada 9 Dzulhijjah 10 H Dilembah
Uranah,Arafah)
"Ya
saudara-saudaraku, perhatikan apa yang akan aku sampaikan, akutidak tahu apakah
tahun depan aku masih berada diantara kalian.karenanya denganrkanlah baik-baik apa yang kukatakan ini dan sampaikan kepada
mereka yang tidak dapat hadir saat ini.
Ya saudara-saudaraku, seperti kita ketahui, bulan ini hari ini dan kota ini
adalah suci, karenanya pandanglah kehidupan dan milik setiap orangmuslim
sebagai kepercayaan yang suci. Kembalikanlah barang barang yang dipercayakan
kepadamu kepada pemilik yang sebenarnya. Jangan
kau lukai orang lain sebagaimana orang lain tidak melukaimu. Ingatlah bahwa kamu akan bertemu dengan allah swt dan dia akan
memperhitungkan amalanmu dengan sebenar-benarnya. Allah swt telah merlarangmu
memungut riba , karenanya mulai saat ini dan untuk seterusnya kewajiban membayar
riba dihapuskan, waspadalah terhadap syaitan demi keselamatan agamamu. Dia/syetan
telah kehilangan harapannya untuk membawa kalian pada kesesatan yang nyata tapi
waspadalah agar tidak terjebak pada tipuan halusnya.
Ya
saudara-saudaraku, adalah benar kamu mempunya hak tertentuterhadap
istri-istrimu, tapi mereka juga mempunyai hak atas dirimu. Apabila mereka
mematuhi hakmu maka mereka memperoleh haknya untukmendapatkan makanan dan
pakaian secara layak. Perlakukanlah istri-istrimu dengan baik dan bersikap
manis terhadap mereka, karena mereka adalah pendampingmu dan penolongmu yang
setia. Dan adalah hakmu untuk
melarang mereka berteman dengan orang-orang yang tidak kamu sukai, dan juga
terlarang melakukan perzinahan.
Ya saudara-saudaraku, dengarkanlah baik-baik, sembahlah allah, shalat lima
waktu dalam sehari, laksanakan puasa selama bulan ramadhan, dan tunaikanlah
zakat, laksanakan ibadah haji bila mampu ketahuilah bahwa sesama muslim adalah
bersaudara, kamu semua adalah sederajat. Tidak ada perbedaan satu terhadap yang lain
kecuali ketaqwaan dan amalan shalih. Karena itu berhati-hatilah jangan
menyimpang dari jalan kebenaram setelah kepergianku nanti.
Ya saudara-saudaraku, tidak akan ada nabi dan rasul sesudahku dan
tidak akan ada agama lain yang lahir karenanya simaklah baik-baik ya saudaraku,
dan pahamilah kata-kata yang kusampaiakn kepadamu bahwa aku meninggalkan 2
pusaka, al'quran dan contoh-contohku sebagai as-sunnah, dan bila kalian
mengikutinya tidak mungkin akan tersesat. Siapa yang mendengarkan perkataanku
ini wajib menyampaikannya kepada yang lain dan seterusnya, dan mungkin yang
terakhir memahami kata-kataku ini bisa lebih baik dari yang langsung
mendengarkan, demi allah aku bersaksi, bahwa aku telah menyampaikan ajaran-mu
kepada umat-mu ya allah.”
2.
Hari-Hari Sebelum dan Ketika Wafatnya Rasulullah SAW
·
Minggu, 4 Rabi'ul Awwal 11 H
(Seminggu sebelum wafat)
Rasulullah
baru saja kembali dari ziarah maqam para sahabat (baqi '), ketika Jibril
menemui Beliau dan mengajukan dua pilihan. Apakah Rasulullah menginginkan
dunia dan segala isi kandungannya, atau bertemu Allah SWT? Dan Rasulullah Saw
memilih pilihan kedua.
Setibanya di rumah, Aisyah ra. menyambut Rasulullah seraya
berkata: "Wahai Rasul, kepalaku pusing". Rasulullah-pun tersenyum,
"Demi Allah wahai isteriku, kepalaku juga pusing sekali". Lalu
Rasulullah bertanya kepada Aisyah sambil bersendagurau, "Apa yang menjadi
beban fikiran, bila engkau meninggal duluan sebelum aku?"
Sambil
bersenda mesra Aisyah menjawab, "Demi Allah, jika demikian wahai
Rasulullah, Engkau tinggal kembali ke isteri-isterimu yang lain".
Rasulullah tersenyum mendengar jawapan Aisyah, dan Beliau tidur pada malam itu
dalam keadaan sakit. Inilah permulaan sakit Rasulullah yang menyebabkan
wafatnya beliau.
·
Rabu, 7 Rabi'ul Awwal 11 H (Lima
hari sebelum wafat)
Seperti biasa Rasulullah mengunjungi isteri-isterinya secara
bergilir. Dan setibanya di rumah Maimunah ra, sakit Beliau tiba-tiba bertambah
parah. Lalu Rasulullah memanggil isteri-isterinya untuk berkumpul, lalu meminta
izin agar boleh dirawat di rumah Aisyah ra. Keadaan Rasulullah semakin parah,
beliau terpaksa dipapah oleh Fadhil bin 'Abbas dan Ali bin Abi Talib menuju ke
rumah Aisyah, sedang kedua kaki Beliau sudah tidak boleh menapak tanah.
·
Khamis, 8 Rabi'ul Awwal 11 H
(Empat hari sebelum wafat)
Rasulullah meminta dibawakan untuknya tujuh bejana berisi air
dari tujuh telaga yang berbeda.
Dalam posisi duduk, Rasulullah dimandikan dengan air tersebut. Kerana merasa
pusingnya agak berkurang, Rasulullah keluar dan berkhutbah di hadapan umatnya.
Dan pada hari itu juga, Rasulullah masih sempat solat maghrib berjamaah bersama
para sahabat. Itu
merupakan khutbah terakhir Rasulullah, dan solat terakhir beliau bersama para
sahabat dan pengikutnya.
·
Minggu, 11 Rabi'ul Awwal 11 H
(Satu hari menjelang wafat)
Rasulullah membebaskan semua hamba sahayanya, dan menghebahkan
seluruh peralatan perangnya kepada kaum muslimin. Tidak ada yang tersisa dari
harta Beliau kecuali disedekahkan semuanya.
·
Isnin, 12 Rabi'ul Awwal 11 H (Hari
wafatnya Rasulullah)
Pagi hari, Isnin, 12 Rabi'ul Awwal 11 H
Ketika kaum muslimin sedang menunaikan solat subuh berjemaah,
dan Abu Bakar ra bertindak sebagai imam. Rasulullah membuka pintu rumahnya yang
bersebelahan dengan jamaah solat. Rasulullah tersenyum melihat para sahabatnya
mendirikan solat. Beliau teringat perjuangan menyebarkan Islam yang telah
beliau tempuh bersama para sahabatnya itu selama 23 tahun.
Abu Bakar dan sebahagian jamaah sedar kalau Rasulullah sedang
memperhatikan mereka di depan pintu rumahnya. Nyaris saja Abu Bakar melangkah
mundur sebagai isyarat agar Rasulullah mengimami mereka, namun Rasulullah
berkata, "Teruskan solat kalian .." Rasulullah tersenyum dan menutup
kembali pintu rumahnya.
Itu adalah kali terakhir para sahabat melihat Rasulullah sebelum
beliau wafat. Dan juga kali terakhir Rasulullah melihat para sahabat, dan saat
itu mereka dalam keadaan sedang solat.
Dhuha, Isnin,
12 Rabi'ul Awwal 11 H
Dari
luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “bolehkah saya
masuk?” Tanyanya. Tapi fatimah tidak mengizinkannya masuk, “maafkanlah, ayahku
sedang demam,” kata
fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah
membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”
”Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku
melihatnya,” tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya
itu hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan
kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah
malaikatul maut,” kata Rasulullah kepada Fatimah ra. Lalu
Rasulullah membisikkan sesuatu kepada Fatimah ra, dan seketika itu Fatimah
menangis tersedu-sedu. Namun, tak lama kemudian Fatimah tertawa haru setelah
mendengar bisikan kedua dari Beliau.
"Apa yang dikatakan Rasulullah saw kepada kamu?" Tanya
Aisyah ra.
"Pertama,
Rasulullah membisikkan kepadaku bahwa Malaikat Jibril biasanya menemuinya
sekali dalam setahun untuk membacakan ayat-ayat Al-Qur'an. Namun,
tahun ini Jibril dua kali menemuinya. Ini mungkin petanda ajalnya sudah dekat
'. Makanya aku menangis ". Jawab Fatimah Ra.
Lalu Fatimah
melanjutkan, "Yang kedua, Rasulullah menanyakan, 'Apa kamu bersedia
menjadi yang pertama dari keluargaku yang akan melanjutkan perjuanganku? Atau
bersediakah engkau menjadi 'Ibu bagi orang-orang yang beriman'
(ummahatulmukminin)? '. Dan aku tertawa haru mendengar soalan itu ",
tuntas Fatimah ra. Ini
adalah dialog terakhir antara Rasulullah dengan putri tercintanya Fatimah Ra.
Isnin,
Detik-Detik Rasulullah Wafat
Di saat-saat terakhir, datang Abdurrahman bin Abu Bakar (Abang
dari Aisyah ra) dan ia membawa siwak (kayu yang biasa digunakan untuk
membersihkan gigi). Aisyah melihat Rasulullah memperhatikan siwak tersebut, dan
lewat isyarat isterinya tahu Beliau seperti ingin bersiwak ketika itu. Lalu
Rasulullah duduk bersandar di pangkuan Abdul Rahman. Aisyah ra. langsung
tanggap dan meminta siwak dari Abdurrahman agar diberikan kepada Rasulullah,
dan bersiwak adalah pekerjaan Rasulullah yang terakhir sebelum menemui ajal.
Setelah selesai bersugi, Rasulullah memandang ke atas, dan bibir
beliau berkomat-kamit pelan hingga Aisyah ra mendekatkan wajahnya dan mendengar
Rasulullah berdo'a;
مع الذين أنعمت عليهم من النبيين
والصديقين والشهداء والصالحين, أللهم اغفرلي وارحمني والحقني بالرفيق الأعلى ..
أللهم الرفيق الأعلى .. أللهم الرفيق الأعلى .. أللهم الرفيق الأعلى ..
Artinya:
"Sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
dari golongan para Nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada dan para
shalihin. Wahai Allah, ampunilah dosaku, sayangilah aku, dan pertemukan aku
dengan-Mu (Kekasihku Yang Maha Tinggi). Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi
.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi .. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha
Tinggi ..”
Setelah membaca kalimat di atas, Rasulullah membasuh wajahnya
dengan air yang terdapat di sisi beliau, dan kembali melafadhkan;
إن للموت لسكرات .. أللهم الرفيق
الأعلى .. أللهم الرفيق الأعلى .. أللهم الرفيق الأعلى ..
Artinya:
"Sesungguhnya kematian itu
akan menghadapi 'sakaratulmaut', Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi ..
Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi .. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha
Tinggi .. "
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail
melakukan tugas.Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh
Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang."Jibril, betapa
sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh.Fatimah terpejam, Ali
yang di sampingnya menunduk semakin dalamdan Jibril membuang muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya
Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu."Siapakah yang tega, melihat
kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik,
karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini,
timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku". Badan
Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan
sesuatu, Ali segera mendekatkan
telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah
shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu." Kemudian beliau menghembuskan nafas terakhirnya.
Nabi Muhammad SAW menghembuskan nafas
terakhirnya pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal 11 Hijriyyah dalam usia 63
tahun. Jenazah beliau dimandikan dalam keadaan berpakaian. Ali bin Abi Thalib
yang memimpin pelaksanaan prosesi pemandiannya. Di antara sahabat yang membantu
membolak-balikkan tubuh jenazah adalah Abbas bin Abdul Muthalib, Fadhl bin
Abbas dan Qatsam bin Abbas. Usamah bin Zaid dan Shalih yang menuangkan air ke
tubuh jenazah. Ali bin Abi Thalib sendiri yang membersihkan tubuh jenazah dari
bekas keringat. Ali tidak menemukan satu kotoran pun pada tubuh beliau. Malah,
menurut Ali, jenazahnya mengeluarkan bau harum.
Seusai dimandikan, jenazah suci Nabi Muhammad SAW
dikafani dengan tiga pakaian beliau sendiri; yang dua berwarna putih dan yang
satu berwarna kekuning-kuningan. Tidak ada baju lengan panjang dan surban di
dalamnya. Jenazah beliau selanjutnya diletakkan di atas ranjang di pinggir
bakal kuburan. Kemudian masuklah orang-orang secara berkelompok. Mereka
menshalatinya berkelompok dan bergantian. Orang yang pertama shalat adalah
Abbas bin Abdul Muthalib, kemudian Bani Hasyim, Muhajirin, Anshar, dan seluruh
manusia yang hadir. Berikutnya giliran anak-anak dan para wanita yang diberi
kesempatan masuk untuk melihatnya.
Sahabat Abu Thalhah lantas mencangkul tanah
untuk lubang kuburan Nabi Muhammad SAW di tempat tidur bekas beliau. Jenazah
beliau dimakamkan di dalam rumah Siti Aisyah, istri beliau. Beliau pernah
mengatakan bahwa dahulu para nabi dikubur di tempat mereka wafat. Selama
menggali, Abu Thalhah mengucapkan doa ma halaka. Artinya Nabi Muhammad SAW
sebenarnya tidak rusak dan tidak meninggal sama sekali, kecuali dikubur dan
dicabut ruhnya.
Abu Thalhah sudah rampung membuat tempat peletakan jenazah. Nabi
Muhammad SAW secara perlahan diturunkan ke liang lahat. Abbas bin Abdul
Muthalib, Fadhl bin Abbas, Qatsam bin Abbas, Ali bin Abi Thalib, dan Syaqran
yang turun ke liang lahat. Mereka mengurus dan mengatur posisi jenazah. Sesudah
wajah dan tubuh jenazah dihadapkan ke arah kiblat, jenazah dipendam dan lubang
kubur ditutup. Di atas kuburnya dibangun sebuah bata. Para sahabat kemudian
menaburkan debu dan meratakan kuburan Nabi Muhammad SAW, lalu menyiramkan air
di atasnya.
3.
Berita
wafatnya Rasululloh
Kota Madinah bergoncang. Semua penduduknya
dirundung duka yang tak terlukiskan, yaitu tatkala tersiar kabar bahwa orang
yang paling mereka cinta, Nabi Muhammad, telah meninggal dunia. Semua berbisik
bersama kawannya seolah tidak percaya, terlebih Umar bin Khattab, yang karena
cintanya kepada Nabi, ia mengancam memotong tangan dan kaki orang yang berani
mengatakan, “Nabi sudah meninggal dunia.” Katanya, “Nabi Muhammad hanya pergi
bersua rabbnya dan akan kembali sebagaimana Musa yang pergi menghadap rabbnya
dan kembali kepada kaumnya setelah 40 hari lamanya.”
Ditengah kekalutan dan goyahnya pendirian para
shahabat tentang kematian Rasululloh, datanglah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Setelah
mencium kening Nabi di kamar beliau, Abu Bakar keluar seraya berkata, “Siapa
yang menyembah Muhammad, maka ketahuilah bahwa Muhammad telah meninggal dunia,
dan siapa yang menyembah Allah, maka ketahuilah bahwa Dia Maha Hidup dan tidak
akan pernah mati.” Kemudian ia membacakan firman Allah:
“Muhammad hanyalah seorang Rosul; sebelumnya
pun telah berlalu rosul-rosul. Apabila dia mati atau terbunuh kamu akan
berbalik ke belakang ? Barang siapa berbalik ke belakang sama sekali tidak akan
merugikan Allah tetapi Allah akan memberi pahala kepada orang-orang yang
bersyukur.” (Ali Imran
: 144).
Ibnu
Abbas mengatakan, “Seolah-olah manusia tidak pernah mengetahui bahwa ayat ini
sudah turun sampai Abu Bakar membacakannya sehingga mereka semua menerima
meninggalnya Nabi. Tidak ada seorangpun yang mendengarnya kecuali mereka
membaca ayat tersebut.”
Tidak ada yang mendengar ayat yang dibacakan
Abu Bakar kecuali mereka membenarkan bahwa Rasululloh memang sudah meninggal
dunia. Umar yang terkenal sebagai pribadi yang kuat dan ditakuti syetan pun
terpukul ketika mendengarnya. Tubuhnya jatuh dan ke dua kakinya tak mampu
menyangga tubuhnya laksana pohon korma yang tercabut akar-akarnya. Inilah awal
jasa Abu Bakar kepada Islam pasca meninggalnya Nabi Muhammad.
0 komentar:
Posting Komentar